Saya yakin sebagian besar dari kita pernah melihat di TV siswa tawuran, atau bahkan menyaksikan sendiri ketika sedang dalam perjalanan, siswa saling lempar, dan saling pukul dengan kayu , ikat pinggang atau senjata berbahaya lainnya, miris. Disaat Pendidikan kita sedang menggalakkan pendidikan karakter, namun kenyataan berbicara lain, dunia pendidikan seakan bergerak mundur dalam hal tingkah laku, akhlak dan budi pekerti. Bayangkan Dari Agustus , berturut-turut siswa yang tewas adalah Jeremy Hasibuan (SMA Kartika), kemudian September ada Jasuli (SMPN 6 Jakarta), Dedi Triyuda (SMK Baskara), Ahmad Yani (SMK 39 Cempaka Putih), Alawi Yustianto Putra (SMUN 6 Jakarta). Memang sebuah tragedi, memprihatinkan generasi muda , calon-calon pemimpin bangsa yang seharusnya memiliki masa depan yang indah justru meregang nyawa karena persoalan yang tak pasti.
Jika kita menarik garis panjang ke belakang maka keluarga sangat memegang peranan penting dalam pembentukan sifat dan karakter anak, jika sewaktu kecil sang anak sering melihat pertengkaran kedua orang tua, maka sang anak cenderung akan meniru perilaku orang tua.
Salah satu penyebab yang paling penting anak-anak begitu mudah terprovokasi dan melakukan tawuran adalah karena mereka terbiasa bersikap kasar, arogan dan selalu merasa curiga dengan orang lain, terlebih lagi dengan tayangan – tayangan media elektronik yang akrab dengan kekerasan dan intrik. Jika sikap anak-anak cukup kasar atau arogan maka dia dapat melakukan kekerasan terhadap orang lain dengan mudah.
Jadi untuk Mencegah dan menanggulangi tawuran tidak bisa instan, namun bisa kita usahakan dengan langkah-langkah terpadu dengan saling bersinergi antara orang tua, guru dan masyarakat itu sendiri, serta adanya kemauan kuat pemerintah untuk melarang tayangan-tayangan yang mempertontonkan kekerasan dan intrik . Cara nyata yang patut kita lakukan untuk mencegah dan menanggulangi tawuran adalah :
1.Orang tua sejak dini harus menanamkan sejak dini kepada anak pendidikan agama serta pembiasaan mengembangkan perasaan peduli terhadap orang lain .
2. Orang tua harus memahami hal-hal kecil dan bertindak dengan cara yang bijaksana untuk memberikan anak suasana rumah yang yang tepat, serta selalu menyempatkan diri untuk berbagi perhatian kepada sang anak sehingga ia tumbuh menjadi anak santun yang baik dan selalu merasa bahwa rumah adalah terbaik setelah pulang dari sekolah.
3. Orang tua harus selalu menjadi teladan yang baik kepada anak, jangan sesekali mempertontonkan di depan anak pertengkaran antara suami dan istri meski sang anak masih bayi sekalipun.
4. Pihak sekolah harus memastikan bahwa anak-anak memiliki kegiatan ekstra kurikuler yang positif yang bisa menampung dan menyalurkan kreativitas anak, sehingga sepulang sekolah mereka disibukkan dengan kegiatan positif seperti; Pramuka, PMR, Marching Band, Olahraga dan lain-lain.. Guru harus spesifik dan adil dalam Proses Belajar Mengajar tidak ada diskriminasi yang bisa mengembangkan kebencian dan kecemburuan pada diri siswa.
5. Pihak sekolah harus memastikan bahwa anak-anak tidak memiliki seperti pisau atau senjata lainnya dan harus bersikap tegas dengan memberikan sanksi yang keras pada anak-anak yang melakukan perkelahian baik di dalam maupun di luar sekolah.
6 Terakhir Pemerintah harus mengontrol dengan ketat tayangan-tayangan yang dianggap mengandung muatan kekerasan, harus disensor atau dilarang tayang.
Hanya ada satu kata akhir yang cukup untuk mencegah dan menanggulangi tawuran dan itu adalah "tanggung jawab". Jika masing-masing dan setiap individu memahami tanggung jawab masing-masing maka Tawuran akan bisa diredam atau bahkan dihilangkan
Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Indonesia Bersatu : Cara Mencegah dan Menanggulangi Tawuran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar